Senin, 21 Maret 2011

SKRIPSI KEPERAWATAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG DAHLIA DAN KEMUNING RSUD SOESELO SLAWI
TAHUN 2010


Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi

Oleh :
ANONIME



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
2010
BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu perubahan yang sangat mendasar dan konseptual, yang mencangkup seluruh aspek keperawatan baik aspek pelayanan/asuhan keperawatan, aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan (Ake, 2002).
Menurut Ma’rifin Husin (2002) dalam Ake (2002), perkembangan keperawatan menuju keperawatan sebagai profesi dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang cepat. Perubahan ini sebagai akibat globalisasi yang juga menyentuh perkembangan keperawatan professional, antara lain adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang pada hakikatnya harus diimplementasikan pada perkembangan keperawatan professional di Indonesia.
Di samping itu, dipicu oleh adanya Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tantang perlindungan konsumen, tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan semakin meningkat sebagai akibat kondisi social ekonomi yang semakin baik, termasuk latar belakang pendidikan semakin tinggi yang berdampak pada tuntutan pelayanan keperawatan yang semakin berkualitas (Ake, 2002).
Kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan yang bertugas. Untuk meningkatkan mutu pelayanan diperlukan dukungan sumber daya manusia yang mampu mengembang tugas dan terus mengadakan perubahan. Agar dapat terlaksana, diperlukan adanya perencanaan, baik jumlah maupun klasifikasi tenaga serta pendayagunaanya sesuai dengan sistem pengelolaan yang ada (Suyanto, 2009).
Dalam perencanaannya, jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pelayanan keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi. Perencanaan ketenagaan, menjadi permasalahan besar di berbagai organisasi keperawatan, seperti di rumah sakit, perawatan di rumah (nursing home), dan tempat-tempat pelayanan keperawatan lain. Jumlah tenaga keperawatan dalam suatu organisasi di hitung berdasarkan beban kerja perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien (Arwani, 2005).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu jumlah klien yang dirawat stiap hari/bulan/tahun di unit tersebut; kondisi atau tingkat ketergantungan; rata-rata hari perawatan; pengukuran keperwatan langsung, perawat tidak langsung, dan pendidikan kesehatan; frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan klien; dan rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan (Arwani, 2005).
Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat, yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, iklim/musim, politik, dan hukum/peraturan (Arwani, 2005).
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan bertujuan agar pasien memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhannya sehingga pasien memperoleh kepuasaan dan status kesehatan meningkat (Arwani, 2005).
Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya (Pohan, 2006).
Adapun kepuasan pasien atas pelayanan keperawatan yang diberikan tidak lepas dari kesiapan dan kemampuan yang melayaninya termasuk kesiapan memenuhi kebutuhan pasien, menerima pasien, menjaga privasi pasien, menjawab pertanyaan tentang kesehatan pasien dengan sopan dan bijaksana,, sehingga hal yang diharapkan pasien benar-benar tercapai (Astuti, 2006).
Kepuasan pasien sangat tergantung atas pelayanan keperawatan yang diberikan sedangkan perawat memiliki beban kerja dalam bertugas memberikan pelayanan keperawatan.
Hasil studi pendahuluan didapatkan jumlah perawat yang bertugas di RSUD Soeselo Slawi khususnya di Ruang Dahlia berjumlah 14 orang dan di Ruang Kemuning berjumlah 15 orang dengan rata-rata perawat pelaksana per shift berjumlah 3 orang. Kapasitas rawat inap di Ruang dahlia berjumlah 39 tempat tidur sedangkan di Ruang Kemuning berjumlah 40 tempat tidur.
Dari uraian tersebut di atas, peneliti mengambil judul ”Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2010”.

  1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukankan peneliti di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu adakah hubungan antara beban kerja perawat dengan kepuasan pasien di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2010 ?.

  1. Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara beban kerja perawat dengan kepuasan pasien di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2010.
  1. Tujuan Khusus
    1. Mengetahui karakteristik perawat di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2010.
    2. Mengetahui gambaran beban kerja perawat di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2010.
    3. Mengetahui karakteristik pasien di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2010.
    4. Mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2010.

  1. Manfaat Penelitian
  1. Bagi RSUD Soeselo Slawi
Dari hasil penelitian ini, RSUD Soeselo Slawi dapat mengetahui gambaran beban kerja perawat dan gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan di Ruang Dahlia dan Kemuning, sehingga dapat digunakan sebagi pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
  1. Bagi Pembaca
Hasil penelitian dapat digunakan atau dijadikan referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan beban kerja perawat dengan kepuasan pasien.
  1. Bagi Peneliti
Melatih berfikir secara ilmiah dalam menemukan dan menganalisis masalah berdasarkan teori maupun pengetahuan yang didapat saat kuliah serta menambah wawasan ilmu pengetahuan khusunya dibidang pelayanan kesehatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

  1. Tinjauan Pustaka
  1. Beban Kerja Perawat
Groenewegen dan Hutten (1991) dalam Shocker (2008) menjelaskan beban kerja adalah keseliuruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja. Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara subyektif dan secara obyektif. Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja.
Menurut Arwani (2005), hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu :
  1. Jumlah klien yang dirawat stiap hari/bulan/tahun di unit tersebut;
  2. Kondisi atau tingkat ketergantungan;
  3. Rata-rata hari perawatan;
  4. Pengukuran keperwatan langsung, perawat tidak langsung, dan pendidikan kesehatan;
  5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan klien;
  6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan.
Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat, yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, iklim/musim, politik, dan hukum/peraturan (Arwani, 2005)
Menurut Ilyas (200) dalam Socker (2008), untuk menghitung beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini kecenderungan kita dalam mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari personel bahwa mereka sangat sibuk dan menuntut diberikan waktu lembur. Sedangkan untuk menghitung beban kerja personel ada 3 cara yang dapat digunakan yaitu :
  1. Work Sampling
Pada work sampling yang menjadi pengamatan adalah aktivitas atau kegiatan keperawatan yang dilaksanakan perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di ruang kerjanya. Pada work sampling yang diamati adalah apa yang dilakukan oleh perawat, informasi yang dibutuhkan oleh penelitian ini adalah kegiatannya, bukan siapanya.
Pada teknik work sampling, kita akan mendapatkan ribuan pengamatan kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Jadi jumlah pengamatan dapat dihitung sebagai contoh; bila diamati kegiatan 5 perawat setiap shift, pengamatan setiap 5 menit selama 24 jam (3 shift), dalam 6 hari kerja. Dengan demikian jumlah pengamatan= 5 (perawat) x 60 menit/ 5 (menit) x 24 jam x 6 (hari kerja)= 8.640 sampel pengamatan. Dengan jumlah data pengamatan yang besar ini menghasilkan data yang akurat yang menggambarkan kegiatan personel yang sedang diteliti.
  1. Time and Motion Study
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Pada teknik ini kitamengamati satu pekerjaan sampai selesai dan terus diamati sampai selesai jam kerja pada hari itu. Pada saat kita melakukan penelitian dengan teknik time and motion study, yang kita amati adalah profesi aatu pekerjaan tertentu, maka yang kita teliti adalah kegiatan profesi itu dengan segala atributnya. Yang diamati adalah jenis kegiatan waktu yang dibutuhkan dan kualitasnya.
  1. Daily Log (Pencatatan Kegiatan Sendiri)
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling dimaan orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penggunaan teknik ini sangat tergantung terhadap kerjasama dan kejujuran dari personel yang sedang diteliti. Pendekatan itu relatif sederhana dan biaya murah. Peneliti biasanya membuat pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari dan diisi sendiri oleh informan. Sebelum dilakukan penelitian perlu dilakukan penjelasan tentang tujuan dan cara pengisian formulir kepada subyek personil yang diteliti.
U
W = N ( B + T ) + A + D + E

ntuk memperkirakan
jumlah perawat yang dibutuhkan di sebuah bangsal dihitung berdasarkan jumlah dan tingkat ketergantungan pasien, digunakan formula rumus Aberdeen (dikembangkan Aberdeen pada tahun 1974). Rumus tersebut adalah :


Keterangan :
W : Beban kerja perawat rata-rata selama seminggu, dinyatakan dalam satuan jam
N : Jumlah rata-rata pasien dibangsal
B : Waktu dalam jam perminggu yang diperlukan untuk mempertahankan standar asuhan keperawatan dasar bagi pasien tirah-baring yang sama sekali tidak berdaya
T : Waktu yang diperlukan untuk perawatan spesialisasi bangsal yang bersifat teknis, yang dinyatakan sebagai persentase waktu untuk perawatan dasar
A : Waktu perpasien perminggu untuk tugas-tugas administratif
D : Waktu perpasien perminggu untuk pekerjaan domestik
E : Faktor ketergantungan pasien terhadap layanan spesialisasi bangsal

  1. Kepuasan Pasien
Menurut Kotler (1999) kepuasan adalah sesuatu perasaan yang mendapatkan pengalaman kinerja (hasil) yang telah memenuhi harapannya. Kepuasan merupakan fungsi yang bertingkat secara relative dari suatu harapan dan atau penampakan hasil yang diterima. Seseorang akan memiliki pengalaman dalam satu atau lebih jenis kepuasan. Jika hasil yang diperolehnya melebihi atau yang diterima sesuai dengan yang diharapkan, maka orang itu akan merasa puas. Jika hasil yang diterima kurang dari yang diharapkan maka orang tersebut akan merasa kecewa. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara penampilan perawat yang dirasakan.dan menjadi harapan pasien. Bila penampilan perawat kurang dari yang diharapkan, maka pasien tidak merasa puas. Demikian pula bila penampilanmelebihi harapan, pasien merasasangat puas. Oleh karena itu kepuasan pasien sangatlah penting. Selain merupakan suatu tujuan, pelayanan kesehatan juga penting bagi pemberi pelayanan karena kepuasan sebagai tolok ukur kualitas pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat (Astuti, 2006).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Pohan, 2006).
Menurut Anief (2000) dalam Hajat (2006), ada lima faktor yang menentukan tingkat kepuasan pasien yaitu :
    1. Kualitas produk farmasi yaitu kemampuan menyembuhkan penyakit. Hal ini menyangkut ketersediaan farmasi dan ketersediaan hayati hingga tercapai tujuan efek terapi. Persepsi pasien terhadap produk farmasi dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan sesungguhnya kualitas produk farmasi dan komunikasi.
    2. Kualitas pelayanan terhadap pasien. Pasien akan puas bila mereka mendapat pelayanan yang baik, ramah, sesuai dengan yang diharapkan.
    3. Komponen emosional yaitu pengaruh atau pertimbangan yang diharapkan emosional seperti sugesti dan perasaan bangga.
    4. Masalah harga. Konsumen akan memilih produk farmasi dengan harga lebih murah dengan kemanjuran sama yang harganya jauh lebih mahal.
    5. Faktor biaya. Untuk memperoleh produk farmasi tersebut konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan, juga tidak perlu membuang waktu untuk memperoleh obat tersebut, maka bagi apotek perlu melengkapi obat-obat yang disediakan.
Pohan (2006) menjelaskan bahwa kepuasan pasien akan diukur dengan indikator sebagai berikut :
  1. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan
Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan akan dinyatakan oleh sikap dan pengetahuan tentang :
      1. Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat saat dibutuhkan.
      2. Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan biasa ataupun keadaan gawat darurat
      3. Sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan kesehatan itu bekerja, keuntungan dan ketersediaan layanan kesehatan.
  1. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan
Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan akan dinyatakan oleh sikap terhadap :
    1. Kompetensi teknik dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien
    2. Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan.
  1. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia
Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia akan ditentukan dengan melakukan pengukuran :
    1. Sejauh mana ketersediaan layanan Puskesmas dan/atau Rumah Sakit menurut penilaian pasien
    2. Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain
    3. Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter
    4. Tingkat pengertan tentang kondisi atau diagnosis
    5. Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter dan/atau rencana pengobatan.

  1. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan
Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan ditentukan oleh sikap terhadap :
      1. Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan
      2. Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu, pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau kepedulian personel, mekanisme pemecahan masalah dan keluhan yang timbul
      3. Lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan.
Hal tersebut dinyatakan melalui pengamatan :
    1. Luasnya layanan medik yang digunakan di luar sistem layanan kesehatan
    2. Proporsi pasien yang meninggalkan program dan memilih program kesehatan lain
    3. Jumlah dan jenis keluhan yang diterima sistem layanan kesehatan
    4. Perjanjian yang batal dan angka pembatalan
    5. Angka ketersediaan obat dari resep obat yang diberikan
    6. Proporsi pasien yang mengganti dokter (jika dimungkinkan oleh sistem).
Pohan (2006)

BAB III
METODE PENELITIAN

  1. Kerangka Konsep Penelitian
Independent Variable Dependent Variable
Beban Kerja Perawat
Tingkat Kepuasan Pasien



Karakteristik pasien :
  1. Umur
  2. Jeis kelamin
  3. Pendidikan
  4. Pekerjaan





Confounding Variables

  1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata Hypo dan thesis. Hypo berarti bawah atau lemah, sedangkan thesis berarti pernyataan atau dugaan. Jadi hipotesis berarti pernyataan atau dugaan yang masih lemah. Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara. Secara singkat hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan yang merupakan terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih (Wasis, 2008).
Menurut Notoatmodjo (2010), hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalail sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Pada hakikatnya hipotesis adalah suatu pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.
Dari landasan teori tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan antara antara beban kerja perawat dengan kepuasan pasien di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2010.

  1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penenlitian ini adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Dalam penelitian Cross Sectional atau potong silang, vatiabel sebab atau resiko (independent variable) dan varibabel akibat atau kasus (dependent variable) yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010).

  1. Populasi dan Sampel
    1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2008). Suatu populasi menunjukan pada sekelompok subjek menjadi objek atau sasaran penelitian. Sasaran penelitian ini dapat dalam bentuk manusi maupun bukan manusia, seperti wilayah geografis, penyakit, penyebab penyakit, program-program kesehatan, gejala-gejala penyakit, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi.
    1. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara-cara tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakilipopulasinya (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Zainudin M (1998) dalam Wasis (2008), penetapan jumlah sample yang terlalu besar selalu lebih baik dari pada kurang (oversampling is always better than undersampling). Untuk menghitung jumlah sample dari suatu populasi menggunakan rumus :
N
n =
1 + N ( d )2




Ket : n = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kesalahan (0.05)
Dari rumus di atas dapat dihitung besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
79
n =
1 + 79 ( 0.05 )2
79
=
1 + 0,1975
= 65,97
= 66
Dari penghitungan di atas didapatkan sampel penelitian sebanyak 66 orang dengan cara pengambilan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling.

  1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Dahlia dan Kemuning RSUD Soeselo Slawi Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal.

  1. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa Kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (notoatmodjo, 2010).
    1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). .Penyusunan instrumen dimulai dari menganalisa komponen-komponen atau faktor-faktor yang hendak diukur, selanjutnya unsur tersebut dijabarkan dalam sebuah item. Untuk menguji validitas, peneliti menggunakan program SPSS (Wasis, 2008).
    1. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Reliabel diartikan bahwa instrumen yang digunakan untuk pengambilan data tidak akan mempengaruhi hasil jika si pengambil data adalah orang lain. Adapun cara melakukan uji reliabilitas yang sering digunakan dalam penelitian adalah uji Alpha Cronbach (SPSS) (Wasis,2008).

  1. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Menurut Notoatmodjo (2010), pengolahan data dalam penelitian dengan menggunakan peranan komputer melalui tahap-tahap berikut :
  1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuasioner.
  1. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean’ atau ”coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry)
  1. Memasukan Data (Data Entry) atau Processing
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk ”entri data” penelitian data saja.
  1. Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar