Kamis, 24 Maret 2011

pneumonia

Pneumonia : musuh spesial para lanjut usia
27/05/2005 - dr.Martin Leman, DTM&H*
Pneumonia, atau dalam bahasa awam kerap disebut radang paru-paru, merupakan jenis penyakit yang kerap menyebabkan problem serius. Penyakit yang disebabkan infeksi kuman ini, menyerang paru-paru penderitanya, dan menyebabkan berbagai gangguan organ pernapasan tersebut. Kuman yang ada dalam paru-paru ini bahkan dapat pula kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah, dan menyebabkan infeksi di seluruh tubuh yang sangat berbahaya.

Sesungguhnya semua kelompok umur dapat terkena penyakit ini. Namun memang kelompok balita dapat dibilang menjadi kelompok yang paling rentan. Perlu diketahui pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita, mengingat kelompok ini daya tahannya relatif lemah. Kaum lanjut usia (lansia) pun tidak luput dari ancaman serius penyakit ini. Justru ternyata lebih merepotkan dibanding bila yang terkena adalah kelompok usia dewasa muda. Pasalnya, pada kelompok usia ini, pneumonia kerap memberikan gejala yang sangat bervariasi, yang menyebabkan diagnosa kerap kali tidak mudah ditegakkan.

Adanya penyakit radang paru-paru umumnya akan memberikan gejala yang tipikal, seperti demam, tubuh menggigil, nyeri dada saat bernapas, batuk-batuk, dan sesak napas. Namun, pada lansia, tidak jarang gejala tersebut tidak muncul sama sekali, dan penderita hanya merasa lemas dan cepat letih. Hilangnya berbagai gejala tersebut, tak lain karena daya tahan dan kemampuan melawan serangan kuman pada lansia sudah jauh menurun dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Respons perlawanan tubuh terhadap serangan kuman, yaitu misalnya demam dan batuk sudah tidak berjalan secara optimal. Selain itu, lemahnya daya tahan tubuh juga menyebabkan kuman penyebab peradangan bisa bermacam-macam.

Yang lebih repot lagi, ternyata pemeriksaan laboratorium darah juga kerap mengecoh dokter yang memeriksanya bila kurang waspada. Umumnya radang paru akan menyebabkan perubahan nilai laboratorium yang nyata, misalnya kenaikan sel darah putih yang jelas. Tapi pada lansia, parameter ini kerap kali juga tidak nyata. Bahkan tidaklah jarang justru memberikan kesan normal, atau hanya sedikit tidak normal.

Dalam perburukan penyakitnya, penderita lanjut usia juga berbeda dengan kelompok usia lain. Perburukan penyakit dapat terjadi begitu cepat. Berbagai gangguan metabolisme dan keseimbangan elektrolit mudah sekali terjadi. Gangguan pasokan udara juga terjadi secara cepat sehingga pasien mengalami kekurangan oksigen dan kegagalan bernapas. Selain karena daya tahan sudah menurun ini, ternyata hal ini biasanya diperparah penyakit lain yang juga menjadi ‘langganan’ para lanjut usia, seperti misalnya penyakit jantung dan penyakit paru-paru kronik lainnya.

Tidaklah heran bila Sir William Osler, seorang tokoh di bidang kedokteran di abad 19, menjuluki radang paru sebagai “special enemy of the old age”. Selain karena gejalanya yang kerap samar dan menyebabkan kesulitan mendiagnosa, penyakit ini juga membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Keterlambatan dapat berakibat problem menjadi jauh lebih serius. Bahkan, dalam penelitian kedokteran baru-baru ini, disimpulkan bahwa keterlambatan 8 jam saja dalam memberikan antibiotika yang tepat pada pasien pneumonia yang berusia lanjut, berdampak sangat serius.

Jadi… apa yang bisa kita lakukan ? Mudah saja.. waspadalah bila ada keluhan dini yang disampaikan oleh mereka yang sudah lansia. Walaupun kesannya gejala ringan dan sepele, janganlah diabaikan. Bila ragu, janganlah menunda untuk memeriksakannya ke dokter. Selain itu, pencegahan pun perlu dilakukan, misalnya dengan menjaga kebersihan, tidak terlalu berdekatan dengan orang yang sedang sakit infeksi saluran pernapasan, dan berikanlah vaksinasi untuk infeksi paru-paru.
***

* Penulis adalah dokter di RS Paru Dr. M.Goenawan Partowidigdo, Cisarua.
e-mail : martin@leman.or.id

kistoma ovarium

KISTOMA OVARIUM

  1. Pengertian
Kista adalah suatu bentuk pertumbuhan dari sel telur / ovum di kedua ovarium / indung telur yang berisi cairan yang oleh suatu sebab yang sampai saat ini belum diketahui, tumbuh menjadi besar.
Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovum.
(www.information.com / keyword – kista ).
  1. Klasifikasi kista ovarium.

  1. Kista endometriod
Biasanya unilateral, permukaan licin, pada dinding dalam terdapat lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

  1. Kista Dermoid
Teratoma kista jinak dengan struktur ekstradermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderem dan endoderem.
Dinding kista abu-abu dan agak tipis, konsistensi sebagian kenyal dan padat. Sepintas seperti kista berongga satu tetapi bila dibelah biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan – ruangan kecil dalam dindingnya.

  1. Kista denoma ovarii serosum.
Berasal dari epitel germinatum. Permukaan biasanya licin, dapat berbentuk multi okuler meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu – abuan. Isi kista cair, kuning dan kadang – kadang coklat karena campuran darah. Dapat membesar tetapi tidak sebesar kista musinosum.

  1. Kista denoma ovarii musinosum
Asal kista belum jelas, mungkin berasal dari teratoma atau epitel germinativum. Bentuk kista multi okuler. Biasanya unilateral akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral dan dapat tumbuh menjadi sangat besar.
  1. Kistoma ovarii simpleks.
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.

  1. Pembagian kista ovarium

Selain klasifikasi di atas, kista ovarium bisa disebut juga dengan istilah:

  1. Kista fungsional / fisiologis / normal

Kista ini tumbuh dengan diameter kecil (relatif kecil) 2 – 3 cm dan akan mengecil sendiri bahkan hilang dalam waktu 60 hari tanpa pengobatan. Kista ini banyak terjadi dan sering muncul pada masa pubertas sampai menopause dan tidak mengganggu kesuburan.
Umumnya kista ovarium fungsional ini akan menghilang dengan sendirinya. Folikel yang ada dalam ovarium akan tumbuh dan berkembang menjadi sel telur. Pada saat ovulasi yang diharapkan terjadi, ternyata folikel tersebut gagal untuk pecah dan mengeluarkan sel telur. Biasanya direabsorsi, tetapi ternyata cairan yang ada pada folikel menetap dan membentuk kista yang akan hilang dalam waktu 2 bulan.

  1. Kista patologis.

Kista ini pun tidak mengganggu kesuburan, sehingga tidak jarang ditemukan adanya kista bersama kehamilan. Namun kista seperti sindrom ovarium polikistik dapat mengganggu kesuburan karena mengganggu keseimbangan hormonal.
Kista patologis biasanya berasal dari kista yang tidak mengecil / hilang dan ukuran tetap atau bertambah besar. Bila diameternya tetap tetapi kurang dari 5 cm, biasanya cukup diobservasi, tetapi bila diameternya lebih dari 6 cm sebaiknya diangkat karena dikhawatirkan terjadi pecah, terputir atau terinfeksi dan menimbulkan rasa sakit. Kadang setelah diketahui dari pemeriksaan PA atau laboratorium darah akan mengarah keganasan.
( www.information.com / keyword – kista )
  1. Gejala kista yang timbul

  1. Perubahan pola menstruasi normal ( perdarahan menstruasi yang abnormal )
  2. Siklus menstruasi yang memanjang atau memendek.
  3. Tidak menstruasi atau menstruasi tidak teratur.
  4. Nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu berjalan / bergerak.
  5. Nyeri pinggul pada waktu menstruasi.
  6. Nyeri pinggul ( pelvis ) yang konstan dan sifatnya tumpul.
  7. Mual, muntah dan payudara tegang, seperti gejala orang hamil.
  8. Infertilitas ( tidak subur ).
( www.information.com / keyword – kista )

Munculnya gejala diakibatkan oleh 3 hal yaitu:

  1. Akibat pertumbuhan kista itu sendiri.
Adanya pertumbuhan kista yang semakin membesar akan menekan jaringan di sekitarnya. Jika pertumbuhannya semakin besar akan teraba dari luar. Bila menekan ke depan, ke vesika urinari bisa mengakibatkan gangguan buang air besar, buang air kecil, rasa tidak nyaman atau sakit perut dan menyebabkan hilangnya nafsu makan.
Bagi wanita yang ingin hamil, kista yang besar akan menekan uterus dan mengganggu terjadinya pembuahan. Selain itu juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada waktu bersenggama, berjalan, maupun menstruasi. Nyeri bisa bersifat tumpul maupun mendadak di bagian bawah.





  1. Akibat aktivitas hormonal.
Kista ovarium dapat mengeluarkan hormon, sehingga dapat mengganggu pola haid normal, akibatnya terjadi perubahan pola menstruasi, yaitu perdarahan menstruasi yang abnormal, siklus menstruasi yang memanjang ataupun memendek, atau tidak ada menstruasi sama sekali.

  1. Akibat torsi.
Karena kista bertangkai maka kista dapat terjadi torsi ( terpelintir ) dan terjadilah nyeri yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan pendarahan dalam kista dan perubahan degeneratif yang memudahkan timbulnya perleketan kista dengan amnior, usus dan periterum parietale.

  1. Etiologi
Penyebabnya sampai saat ini belum pasti. Faktor hormonal dikatan salah satu pencetusnya. Kemungkinan etiologi muncul karena faktor resiko yaitu:

  1. Faktor genetik / mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan payudara.
  2. Faktor lingkungan ( polutan zat radioaktif ).
  3. Gaya hidup yang tidak sehat.
  4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progresteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat deoretik.
  5. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina.

  1. Pemeriksaan penunjang

  1. Pemeriksaan fisik, teraba benjolan pada perut bagian bawah.
  2. USG.
Pemeriksaan ini untuk menentukan batas dan letak tumor. Apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, kandung kemih. Apakah tumor kistik / solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
  1. Pemeriksaan kadar hormon
Pemeriksaan FSH, LH, estrogen, pregnanediol.
  1. Laparoskopi
Berguna untuk mengetahui apakan tumor berasal dari ovarium atau tidak, untuk menentukan sifat tumor tersebut.
  1. Pemeriksaan darah lengkap.
  2. Pemeriksaan kimia darah.
  3. Parasentesis
Fungsi pada asites dapat berguna untuk menentukan sebab asites.
( www.medicastore.com / keyword – kista ).
  1. Komplikasi
  1. 26% kasus kista ovarii dapat berlanjut menjadi keganasan dan kekambuhan.
  2. Infertilitas akibat aktivitas hormon yang tidak seimbang dan penekanan pada uterus sehingga dapat menghambat terjadinya pembuahan.
  3. Adanya pendarahan di daerah perut akibat torsi dari kista.
  4. Infeksi karena pendarahan.
  5. Berat badan menurun akibat penurunan nafsu makan karena pertumbuhan kista.

  1. Pengobatan.
  1. Untuk kista ovarium fungsional biasanya akan menghilang dalam waktu 60 hari tanpa pengobatan. Kontrasepsi oral yang diberikan oleh dokter untuk membantu menormalkan siklus menstruasi.
  2. Untuk kista yang menetap ( bertahan lebih dari 60 hari ) atau makin membesar, perlu dilakukan laparoskopi diagnostik untuk menentukan kemungkinan kista tersebut bukan fungsional seperti kista jinak lain, kanker ovarium dan lain – lain.
  3. Terapi hormonal diberikan untuk indikasi yang tepat dan dalam pengawasan dokter mengingat efek samping berbahaya. Terapi ini diberikan mengingat salah satu faktor ketidaksuburan pada wanita disebabkan oleh kista ovarium ini dan biasanya setelah diobati bisa mengembalikan kesuburannya.
( www.information.com. / keyword – kista )
  1. Penatalaksanaan
Untuk penanganan kista ovarium tergantung pada beberapa faktor, meliputi ukuran dan jenis kista, usia penderita, kondisi kista, rencana kehamilan di masa depan, beratnya gejala yang terjadi.

  1. Untuk kista fungsional
  • Terapi hormonal berupa pemberian kontrasepsi oral seperti depoprovera, norplant untuk menekan aktivitas ovarium ( proses ovulasi ) .
  • Bila diinginkan bisa dilakukan pengambilan kista atau dibakar ( kauterisasi )
  1. Pembedahan
Dilakukan pembedahan jika ada indikasi ukuran kista lebih dari 5 cm, menetap setelah observasi 2 – 3 bulan, penderita wanita menopause dan kista menimbulkan nyeri luar biasa dengan akibat lanjut adanya pendarahan.
  • Pembedahan bersifat ekstensif mulai dari pengangkatan seluruh indung telur atau lebih luas ke pengambilan seluruh rahim.
  • Setelah pembedahan diberikan suntikan hormon Gn – RH analog yang diberikan selama 6 bulan atau oral baru ( antiestrogen anastrazol ). Fungsi obat ini untuk menekan hormon di otak yang memberi perintah kepada ovarium untuk berproduksi, akibatnya klien yang masih produktif seperti dalam kondisi menopause.
  • Untuk kista ovarii simpleks dengan reseksi ovarium.
  • Kista ovarii musinosum dan serosum, pengangkatan penpa (?) fungsi terlebih dahulu.
  • Kista dermaid, bersama seluruh ovarium untuk perlengkapannya.

Senin, 21 Maret 2011

askep cholelithiasis

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)
Oleh : SUBHAN


  1. Pengertian :
  1. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sal. empedu (Duktus Koledocus ).
  2. Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
  3. Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu.
  4. Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu.

  1. Penyebab:
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
  1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
  • Infeksi kandung empedu
  • Usia yang bertambah
  • Obesitas
  • Wanita
  • Kurang makan sayur
  • Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam;
  • Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
  • Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

  1. Pathofisiologi :
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
  • Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
  • Statis empedu
  • Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.

  1. Perjalanan Batu
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik.

Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.

  1. Gejala Klinis
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.

GEJALA AKUT
GEJALA KRONIS
TANDA :
  1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
  2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
  3. Kandung empedu membesar dan nyeri
  4. Ikterus ringan

TANDA:
  1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen
  2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
GEJALA:
  1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang
Menetap
  1. Mual dan muntah
  2. Febris (38,5C)

GEJALA:
  1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
  2. Nausea dan muntah
  3. Intoleransi dengan makanan berlemak
  4. Flatulensi
  5. Eruktasi (bersendawa)


  1. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
  1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
  2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
  3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
  4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
  5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
  6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
  7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
  8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
  9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
  10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.


Daftar Pustaka :

  1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
  2. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
  3. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
  4. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
  5. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
  6. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.
  1. Pengkajian
  1. Aktivitas dan istirahat:
  • subyektif : kelemahan
  • Obyektif : kelelahan
  1. Sirkulasi :
  • Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
  1. Eliminasi :
  • Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
  • Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat .
  1. Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
  • Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
  • Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
  • Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
  • Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif :
  • Kegemukan.
  • Kehilangan berat badan (kurus).
  1. Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :
  • Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
  • Nyeri apigastrium setelah makan.
  • Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
  1. Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
  1. Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).
  1. Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.

Prioritas Perawatan :
  1. Meningkatkan fungsi pernafasan.
  2. Mencegah komplikasi.
  3. Memberi informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan pengobatan

Tujuan Asuhan Perawatan :
  1. Ventilasi/oksigenasi yang adekwat.
  2. Mencegah/mengurangi komplikasi.
  3. Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan

Diagnosa Perawatan:
  1. Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/ kelelahan, ditandai dengan :
  • Takipneu
  • Perubahan pernafasan
  • Penurunan vital kapasitas.
  • Pernafasan tambahan
  • Batuk terus menerus

  1. Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
  • Kehilangan cairan dari nasogastrik.
  • Muntah.
  • Pembatasan intake
  • Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.

  1. Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan
  • Pemasanagan drainase T Tube.
  • Perubahan metabolisme.
  • Pengaruh bahan kimia (empedu)
ditandai dengan :
  • adanya gangguan kulit.

  1. Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan dengan :
  • Menanyakan kembali tentang imformasi.
  • Mis Interpretasi imformasi.
  • Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
ditandai : . pernyataan yang salah.
. permintaan terhadap informasi.
. Tidak mengikuti instruksi.

Daftar Pustaka :

  1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
  2. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
  3. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
  4. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
  5. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
  6. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.

Asuhan keperawatan :
  1. Indentitas klien :
  • Nama :Tuan IL , 38 tahun, laki-laki.
  • Alamat : Jalan Makmur, Bekasi.
  • Status : Kawin.
  • Agama : Islam
  • Pendidikan : SMP
  • Pekerjaan : Pedagang.
  • Suber informasi : Klien dan istri.
  • Tanggal masuk RS : 29 April 1998.
  • Diagnosa Masuk : Kolangitis, Kolesistitis, Kolelitiasis.

  1. Status Kesehatan saat ini :
Alasan kunjungan/ keluhan utama : 1 bulan sebelum masuk RS. Klien merasa nyeri perut kanan atas, nyeri tidak menjalar, nyeri bila menarik nafas, nyeri seperti ditusuk. Panas naik turun hingga menggigil, bila nyeri klien menjadi sesak. selama di rumah diberikan obat promag keluhan hilang tetapi hanya sementara. sehari sebelum masuk RS dirasa nyeri timbul lagi shg klien.

  1. Riwayat Kesehatan yang lalu : Pada usia 12 tahun klien pernah bengkak diseluruh tubuh dan tidak pernah berobat, sembuh sendiri. belum pernah operasi dan dirawat di RS, tak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan , Klien merokok 1/2 bungkus per hari dan minum kopi 2x sehari. Kien terbiasa minum obat sendiri bila sakit tak pernah berobat ke dokter atau ke puskesmas . Frehuensi makan 3x sehari , berat badan waktu masuk ke RS 50 kg. makanan yang disukai supermi, Tak ada makanan yang pantangan. sedangkan makanan yang tidak disukai adalah gorengan dan makanan yang mengandung santan. nafsu makan baik. Frekuensi bab 1 x sehari konsistensi padat, sedangkan kencing rata-rata 6 x sehari, tak ada keluhan dalam eliminasi. klien tidak terjadwal dalam memenuhi pola istirahat dan tidur, kadang-kadang sampai pk. 23.00 Kegiatan waktu luang membuat meja dan kursi. Klien hidup bersama seorang istri dan 4 orang anaknya, 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.

  1. Riwayat lingkungan
Kebersihan,lingkungan cukup, kondisi rumah luas, dengan enam kamar, tinggal dirumah dengan lingkungan yang ramai (padat bukan karena polusi atau kendaraan bermotor).

  1. Aspek PsikoSosial :
Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi. Hubungan klien dan perawat baik, akomodatif, dengan bahasa indonesia yang cukup baik. Klien tidak mengeluh tentang biaya pengobatan/perawatan karena klien sudah menyiapkan sebelum masuk rumah sakit. Klien beragama Islam, sholat lima wakt, hanya kadang-kadang ia lakukan. Dirumah sakit klien tidak sholat karena menurutnya ia sakit.

Pengkajian Fisik :
  1. Aktivitas/istirahat:
Klien merasakan lemah, mobilisasi duduk, merasa sakit pada lokasi drain bila posisi berubah dari berbaring ke duduk. Sore tidur 2 jam, malam tidur mulai jam 10.00. Kadang-kadang terganggu oleh keramaian pasien lain.
  1. Sirkulasi :
Sinus normokardia, suhu subfebris 37,5 c , Denyut nadi :90 kali permenit.
  1. Eliminasi
Klien bab 1 kali sehari, konsistensi lembek, warna kuning, jumlah urine 1500 cc/24 jam.
  1. Makan/minum ( cairan )
  • Sering regurgitasi, keluar cairan kurang lebih 200 cc/24 jam
  • Diet cair (DH I) dihabiskan , 1200 kalori dalam 900 cc /24 jam
  • Minum air putih 1500 cc/24 jam
  • Peristaltik normal (20 30 kali/menit)
  • Selama tujuh hari intake scara parenteral , yaitu amilase dan RD
  • tidak kembung
  • Klien tampak kurus (BB: 47,7Kg)
  1. Nyeri/Kenyamanan
Tidak timbul rasa nyeri, hanya kadang-adang sakit, pada waktu perubahan posisi dari baring ke duduk.
  1. Respirasi :
  • Respirasi normal : 20 kali /menit
  • Klien merasa nyaman bernafas bila duduk.
  1. Keamanan :
  • Suhu klien 37,5 C (subfebris)
  • Sklera tampak icterik, kulit agak kering
  • Tampak plebitis (kemerahan) pada bekas infus dilengan kiri dan kanan
  1. Klien telah dilakukan operasi Cholecistektomi tanggal 30 April 1998. Sekarang ia mengalami perawatan hari ke delapan . Terpasang drainase T. Tube, produksi cairan hijau pekat 500cc/24 jam

Pemeriksaan Penunjang
  1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 April 1998 :
  • H B . 10,7 (13-16)
  • Hematokrit : 31 ( 40 - 48 )
  • Leukosit : 154.00 ( 50,00 - 100,00)
  • Trombosit : 328,00 ( 200.00 - 500.00)
  • Bilirubin Direck : 6,1 ( </= 0,4)
  • Bilirubin Indireck : 1,8 (</= 0,6)
  • Bilirubin total :7,9 (0,3 - 1,0)
  • Protein total : 5,7 ( 6 - 7,8 )
  • Albumin :2,7 ( 4 - 5,2)
  • Globulin : 3,0 (1,3 - 2,7 )
  • Amilase darah :108 (17 - 115)
  • SGOT : 70 ( < 37), SGPT : 58 (< 41 )
  • Natrium darah :132 (135 - 147)
  • kalium darah :3,2 (3,5 - 5,5 )
  • Klorida darah : 105 (100 - 106)
  1. Pemeriksaan Diagnostik lain:
  • Ultrasonografi tanggal: 24 April l998
Kesan:Batu pada CBD yang menyebabkan obstruksi
Cholesistitis
  • Cholesistografi tanggal 29 April 1998
Hasil : Tampak selang T-tube setinggi Thoracal XII kanan
3. Elektro kardiografi tanggal: 28 April 1998
Hasil : SR, QRS rate 60/menit
ST, T Changes negatif
4. Cholesistektomy, 29 April 1996 :
  • keluar pus 10 cc, di kultur belum ada hasil
  • ekstrasi batu, keluar batu besar dan kecil dan lumpur.
  • dipasang T-tube dan CBD (Commond Bile Duct)

Pengobatan :
  • 2 x 1 gr Cefobid (IV)
  • 1 x 2 cc Vit B Comp (IM)
  • 1 x 200 mg Vit. C (IV)

Persepsi klien terhadap penyakitnya :
Klien merasa optimis untuk sembuh dengan upaya pembedahan dan saat ini tidak merasakan sakit atau nyeri seperti sebelum operasi.

Kesan perawat terhadap klien :
Klien koperatif dan komunikatif, dan mempunyai motivasi untuk sembuh

Kesimpulan :
Dari data yang didapatkan dapat disimpulkan masalah yang ada saat ini adalah:
  1. Potensial gangguan keseimbangan cairan
  2. Gangguan integritas kulit
  3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit prognosis dan program pengobatan

NAMA KLIEN : ASUHAN KEPERAWATAN
BANGSAL/TEMPAT: MATA AJARAN : KMB
No
DIAGNOSA PERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1.
Potensial gangguan keseimbangan cairan sehubungan dengan :
  • Kehilangan cairan dr nasogatric.
  • Muntah
  • Gangguan koagulasi darah : protrombin menurun, waktu beku lama.
Data Subyektif :

Data Obyektif :
  • Muntah 200 cc
  • Diit cair : DiitHepar I 900 cc
  • Plebitis positf bekas infus pada tangan kiri.
  • T-tube : keluar cairan 200 cc, warna hijau keruh
  • Suhu 37,5 C
  • Turgor kulit sedikit menurun
  • Mukosa mulut baik
  • Hb : 10,7 gr%
  • Ht : 31 gr/dl
  • Natrium : 132 meq/L
  • Kalium : 3,2 meq/L
  • Chlorida : 105 meq/L
Menunjukkan keseimbangan cairan yg adekuat, ditandai dengan :
  • Selaput membran yg lembab.
  • Turgor kulit baik.
  • Urine normal 1500 cc/24 jam
  • Out put normal, tdk ada muntah.

  1. Monitor intake & output, drainase dari T-tube, dan luka operasi. Timbang BB secara periodik











  1. Monitor tanda vital, kaji mukosa membran, tur-gor kulit, nadi perifer.



  1. Observasi tanda perda-rahan contoh: hemate-mesis, ptekie, ekimosis



  1. Gunakan jarum injeksi yang kecil dan tekan bekas tusukan dalam waktu yang lama

  1. Gunakan sikat gigi yang lembut

KOLABORASIi :
  1. Monitor hasil pemeri-ksaan Hb, elektrolit, pro-trombin, Cloting time dan bleeding time

  1. Berikan cairan intra-vena, produksi darah sesuai dengan indikasi

  1. Berikan cairan elektrolit


  1. Beri Vitamin K (IV)




  1. Memberikan imformasi ttg kebutuhan & fungsi organ tubuh. Khususnya cairan empedu yang keluar 200 - 500 ml, penurunan cairan empedu yang masuk ke intestine. Keluarnya cairan empedu terus menerus dalam jumlah yg banyak, menandakan adanya ob-struksi, kadang - kadang adanya fistula pd empedu. Indikasi yg adekuat pada volume sirkulasi /perfusi.

  1. Protrombin menurun dan terjadi waktu pembekuan lama ketika adanya ob struksi saluran empedu. Meningkat pada resiko perdarahan.
  2. Mengurangi trauma, resiko perdarahan / hematom




  1. Menghindari trauma dan perdarahan gusi



  1. Memberikan informasi volu me sirkulasi , keseimbangan elektrolit dan faktor pem bekuan darah
  2. Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat dan mengembalikan faktor pembekuan yang adekuat

  1. Mengoreksi hasil dari ketidak seimbangan dari pengeluaran gastrik dan luka
  2. volume sirkulasi & mem-perbaiki ketidak seimba-ngan.
  3. Meningkatkan atau mem- percepat proses pem- bekuan.






  1. Memonitor dan mencatat intake cairan atau minum ,output dari T-tube, perda rahan luka operasi dan urine.










  1. Mengobservasi tanda vital Tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan respirasi, turgor dan mukosa mem-bran.

  1. Melakukan observasi ada nya perdarahan pd daerah luka operasi, ple-bitis / hematom pada bekas pemasangan infus di lengan.
  2. Memberikan suntikan dgn jarum kecil dan menekan bekas tusukan kurang lebih 5 menit.

  1. Menganjurkan klien untuk menggosok gigi dengan sikat gigi yang lembut

  1. Melakukan pemganbilan darah untuk pemeriksaan : albmin, globulin, Hb, Ht, Lekosit, trombosit, Na,K, Cl.

  1. Infus amilase dan RD telah dilepas satu hari yang lalu (30 April 1996)

  1. Tidak diberikan karena tidak ada indikasi

  1. Tidak diberikan karena klien tidak dapat terapi tersebut

Tgl 1 Mei 1996
S : Klien masih me rasa mual , sang- gup mengosok gigi dan berkumur.
O : Klien muntah 50 cc . Turgor kulit membaik, Intake :2500 cc, output 1500 cc, IWL 600 cc, T-tube 200 cc,Balance cairan -200 cc. TD: 120/80 mmHg, Nadi : 88x/menit, Suhu: 37.5 C, RR : 20x/menit, ple bitis pada tangan kiri bekas pengam bilan darah dan infus
A: Klien masih me merlukan penga wasan dalam ke seimbangan cai ran
P: Intervensi tetap diteruskan sambil observasi intake dan out put dan tanda-tanda vital. Sambil menunggu hasil laboratorium yang lain.


2.


Penurunan integritas kulit atau jaringan sehubu ngan dengan :
  • Pemasangan drai- nase (T-tube)
  • Perubahan metabo-lisme.
  • Pengaruh bahan kimia (empedu)
Ditandai adanya gang-guan kulit :
Data Subyektif :
  • Klien mengatakan : Kapan selang saya dicabut dan lukanya dapat capat sembuh karena ingin mandi bebas selama ini hanya dilap dgn whaslap.
  • Banyak berkeringat & membuat badan tdk enak & gatal-gatal.
  • Posisi tidur tdk enak krn ada luka operasi & selang.
  • Matanya masih kuning tapi sudah berkurang dr sebelumnya.
Data Obyektif :
  • Masih terpasang T-tube difiksasi ke tempat tidur.
  • Jumlah cairan empe du yg keluar 200cc.
  • Badan masih ikterus terutama sklera mata.
  • Posisi tidur/ istirahat semifowler dan ber sandar di tempat tidur diganjal dgn bantal.
  • Luka Operasi tdk tampak tanda-tan da infeksi.
  • Terapi 2 x 1gram Ce fobit (IV).
  • Lab Hasil bilirubin tgl 30-4-96. meningkat.
  • Klien imobolisasi su dah 7 hari


Adanya pemulihan lu- ka tanpa komplikasi
Kriteria:
Perilaku yg meningkat terhadap pemulihan luka




  1. Cek T-tube dan luka insisi, upayakan agar aliran bebas/lancar .







  1. Observasi warna dan sifat drainase. Gunakan ostotomi bag yang disposible






  1. Pertahankan posisi selang drainase tube di tempat tidur

  1. Atur posisi semi fowler


  1. Observasi sedakan, distensi abdomen, peritonitis dan pankreatitis





  1. Ganti pakaian klien, higiene kulit, disekitar luka insisi.



  1. Observasi perubahan warna kulit sclera dan urin

KOLABORASI :
  1. Beri antibiotik sesuai indikasi.
  2. lakukan penghentian T tube secara berkala mencoba slang saluran empedu sebelum di-angkat
  3. Siapkan pembedahan bila diperlukan.


  1. Monitor hasil lab: Contoh : Leukosit









  1. Pemasangan T-tube di CBD selama 7 - 10 hari untuk mengeluarkan sisa-sisa batu. Tempat insisi untuk mengeluarkan sisa-sisa cairan pada empedu. Koreksi posisi untuk mencegah cairan kembali ke empedu.

  1. Drainase berisi darah dan sisa darah, secara normal berubah warna hijau tua (warna empedu) sesudah beberapa jam pertama. Ostotomi mungkin digunakan untuk mengumpulkan cairan dan melindungi kulit

  1. Mempertahankan lepasnya selang atau pembentukan lumen

  1. Mempermudah aliran em pedu

  1. Lepasnya T-tube dapat menyebabkan iritasi dia fragma atau komplikasi yg serius jika saluran empedu masuk ke dalam perut atau sumbatan pada salu ran pankreas


  1. Menjaga kebersihan kulit disekitar insisi dapat mening katkan perlindungan kulit ter hadap ulserasi.


  1. Perkembangan ikterik dpt diindikasikan sebagai ob- struksi sal. empedu.


  • Untuk mengurangi infeksi atau abses
  • Untuk mengetes kemam- puan saluran CBD sebelum T tube diangkat.


  • Tindakan insisi atau dra inase/fistulektomi dilakukan untuk mengobati abses atau fistula.
  • Peningkatan leukosit seba
gai gambaran adanya proses imflamasi contoh abses atau terjadinya peritonitis/pankeatitis.





  1. Dressing luka insisi tiap pagi dan atur posisi drain agar tetap lancar







  1. Melakukan observasi war-na, jumlah cairan drainase.








  1. Mencek posisi selang dan memfiksasi selang drainase ditempat tidur

  1. Mengatur klien posisi semi fowler dan posisi duduk

  1. Mengobservasi adanya sedakan, distensi abdomen, peritonitis dan pankreatitis





  1. Mengganti pakaian tiap pagi dan sore, bersama istri klien membersihkan kulit dengan sabun dan air.


  1. Melakukan observasi ter hadap kulit, sclera mata dan warna urin.


  • Memberikan injeksi Cefobit 1 gram (IV) jam 08.00 pagi.
  • Melakukan klem pada slang saluran empedu



  • Tindakan tidak dilakukan sebab tidak ada indikasi.


  • Melakukan pengambilan untuk pemeriksaan peme riksaan leukosit.
tanggal 1`mei 96.
S: Kliem mengatakan masih merasa terganggu dgn adanya drain t-tube, sudah dpt istirahat/tidur dgn posisi semofowler.
O: Mandi 2x sehari dibantu istri menggunakan sabun & sikat gigi yg lembut. menggunakan bedak/powder utk tubuh, baju bersih & kering, dapat tidur siang selama 2 jam dgn posisi semifowler, luka operasi/daerah pemasangan drain tdk ada tanda infeksi & balutan dlm keadaan bersih & kering. Lingkungan klien (tempat tidur) dalam keadaan bersih dan rapih. Injeksi antibiotik 1 gram Cefobit sudah diberikan.
Hasil lab. ulang belum ada.
A: Masalah penurunan integritas kulit masih ada.
P : Lanjutkan intervensi terutama pertahankan/tingkatkan personal higiene , tingkatkan mobilisasi/jalan sesuai kemampuan.



3.


Kurang pengetahuan tentang kondisi prog nosa dan kebutuhan pengobatan, sehubu ngan dgn : menanya kan kembali ttg imfor masi, menanyakan kem bali informasi, belum /tidak kenal dengan sumber imformasi ditan- dai :
  • Pernyataan yang salah.
  • Permintaan thd im- formasi.
  • Tidak mengikuti ins- truksi.
Data subyektif :
  • klien menyatakan bahwa tdk mengerti ttg proses penyakit, prosedur pembe-dahan & pengoba-tan karena tdk ada yg memberi tahu, dan dokter memberi tahu bahwa saya harus operasii.


  • Secara verbal me ngerti akan proses penyakit, pengoba tan dan prognosis pembedahan.
  • Melakukan koreksi thd prosedur yang penting & menjelaskan reaksi dr tindakan.
  • Menilai perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan


  1. Kaji ulang pada klien ttg pengetahuan pro- ses penyakit , prosedur pembedahan , prog- nosa.

  1. Ajarkan perawatan insisi atau membersihkan luka .


  1. Anjurkan agar aliran T Tube dikumpul;kan dlm kantong dan catat pengeluarannya.


  1. Pertahankan diit rendah lemak selama 4 - 6 bulan.




  1. Hindari alkohol,


  1. Anjurkan klien utk men-catat dan menghindari makanan yg dpt me-nyebabkan deare.




  1. Identifikasi tanda/ gejala : urine keruh, warna kuning pada mata/kulit, warna feses.

  1. Kaji ulang keterbatsan aktifitas, tergantung situasi individu.


  1. beri pengetahuan dasar pada klien sehingga klien dapat memilih imformasi yang dibutuhkan.


  1. Akan mengurangi ketergan ungan dalam perawatan, dan menurunkan resiko kom likasi. (infeksi, obstruksi empedu)
  2. Menurunkan resiko aliran balik pada slang T-tube. Memberi informasi ttg kembalinya edema saluran/ fungsi saluran.

  1. Selama enam bulan setelah pembedahan bo-leh sedikit diberikan rendah makanan rendah lemak utk memberikan rasa nyaman karena ggn sistim pencernaan lemak.
  2. Meminimalkan resiko terja- dinya penkreatitis

  1. Pembatasan diityang pasti mungkin dapat menolong misalnya dgn diit rendah lemak. Sesudah periode pemulihan pasien tdk me-ngalami masalah yg ber-hubungan dgn makanan.

  1. Merupakan indikai sumba-tan saluran empedu/ ggn degestif, dpt digunakan utk evaluasi & intervensi

  1. Kebiasaan aktifitas dapat dimulai lagi secara normal dalam waktu 4 - 6 minggu




  1. Menanyakan seberapa jauh klien mengetahui ttg proses penyakit, prosedur pembedahan serta prog-nosa.

  1. Menganjurkan klien untuk menjaga balutan luka agar tetap bersih dan kering.

  1. Menganjurkan klien untuk mencatat pengeluaran cairan yang terkumpul di kantong T tube.


  1. Memberitahu pasien agar 4 - 6 bulan diberi diit rendah lemak.




  1. Menganjurkan klien utk tidak minum alkohol.

  1. Melakukan diskusi dengan klien dan keluarga utk menghindari makanan yg dpt menimbulkan deare.




  1. Memberitahu utk mengi-dentifikasi & mencatat tan-da & gejala : urin keruh, warna kuning pada mata dan kulit & warna feses.
  2. Menganjurkan klien utk membatasi aktifitas selama 4 - 6 minggu
Tgl 1 mei 1996

S :Klien menga-takan bahwa telah mengerti ttg pro-ses penyakit & prosedur pembe-dahan yg telah dilakukan, klien sanggup utk men-jaga luka tetap bersih & kering, klien sanggup me-ngikuti diit lemak & tdk merokok.& tdk akan minum al kohol.
O:Kien dapat menyebutkan atau menjawab dengan benar : operasi tujuannya utk mengeluarkan batu empedu, dipasang drain utk mengeluarkan cairan sisa -sisa operasi, posisi se-mifowlwer/duduk agar cairan keluar lancar, suntikan agar lukanya capat sembuh. Balutan luka ke-ring, urine kuning , mata sedikit ikte-rus feses lembek kuning.
A: Pengetahuan kli en ttg. peny, pe nyebab, prognosa , faktor resiko yg terjadi.
P :lanjutkan Inter-vensi nomor 4, 5, 7, 8 ,9. diteruskan. Dischart planing :
  1. Diit rendah le-mak (kola-borasi).
  2. Mengurangi aktifitas sesuai anjuran 4 - 6 bln.
  3. Control teratur